lahan bepe

Tanah lapang yang dengannya kuceritakan kisahku pada angin sepoi-sepoi, kami namai ia dengan nama "parkir bepe"

Kenapa laham bepe? Karena letaknya ada di belakang gedung bepe alias budidaya pertanian, tempat aku sekarang berada.

Yang dengannya sering kurasakan daun-daun berguguran jatuh sembarangan di sana

Sesekali matahari menerobos masuk diantara ranting dan daun yang bertengger padanya hingga menimbulkan kesan rindang

Tanah lapang yang dengannya aku biasa menengadahkan kepalaku, mencari barangkali ada sarang burung disana, ternyata tak ada

Di tanah lapang itu aku menginjakkan kakiku untuk yang pertama, ketika dalam barisanku, aku berdiri untuk pertama kali, masa orientasi mahasiswa.

Saat itu adalah pertama kali aku bertemu teman-teman baruku, saling menyebut nama satu sama lain, berjabat tangan dan tersenyum.

Di sana pula aku biarkan mataku tertuju pada seseorang yang senyumnya selalu riang hingga membuat kami merasa semua akan baik-baik saja. Kakak kelas yang ternyata banyak dikagumi oleh kami, maba.

Masa-masa perkenalan yang tidak pernah menjadi mudah itu telah berubah menjadi menyenangkan karenanya.

Selain itu, di sana pula aku pernah berkumpul dengan teman-temanku, dalam barisan panjang ketika akan berangkat ke lapang, menunggu absensi atau angkot yang tak kunjung datang.

Disana pula kami sering bertemu untuk mengunjungi kebun praktikum yang letaknya tepat di samping parkir bepe, dulu kami pernah menanam jagung, mentimun, tomat, padi, kacang panjang dn lain-lain.

Sepanjang aku disini, saat itulah yang banyak terkenang olehku, selain perannya sebagai tempat parkir, ia juga memberikan peran lain yang tak kalah pentingnya.

Kami pernah juga melakukan ekspo dan praktikum kewirausahaan dengan menjual beberapa produk kreask kami.

Tapi itu dulu, sejak 2013, parkir bepe beserta lahan prakikum ini telah berubah fungsi. Pembangunan fakultas yang terus berlangsung untuk memenuhi tuntutan fasilitas dari mahasiswa yang jumlahnya fantastis ini menyebabkan sebuah gedung harus dibangun di atasnya.


Sekarang yang ada adalah kerangka bangunan yang masih sedang dikerjakan oleh para pekerja konstruksi.

Sebagai akibatnya, parkir mobil membludak hingga di jalan kampus sehingga macet sering terjadi terutama saat mahasiswa sedang padat-padatnya.

Memang seiring dengan bertembahnya populasi mahasiswa maka fasilitas harus semakin berkembang. Ini adalah salah satu dari sekian konsekuensi. Hilangnya lahan serapan hijau dan "lapangan".

Sejujurnya aku masih bertanya-tanya, lalu kalau sudah tidak ada tanah lapang, dimana semua kegiatan akan dipusatkan ya?

Sejujurnya aku juga rindu suasana syahdu saat berjalan-jalan di bawah rimbun pohon-pohon trembesi yang rindang.

Setelah ini yang tersisa adalah matahari yang bisa masuk dengan bebas tanpa ada daun-daun yang menahannya masuk, barangkali air-air juga akan menggenang karena tidak ada resapan.

Ah tapi tentunya semua pembangunan harua diikuti dengan penataan drainasi yang tepat bukan? Pasti sudah dipikirkan sebelum pembangunan kan ya?

Andai ada cara lain, selain ini... tapi, setiap bertembah majunya suatu peradaban tak bisa dipungkiri akan selalu ada bagian yang dirugikan.

Tapi tentu saja, ada banyak keuntungan pula dengan dibangunnya gedung ini, artinya fasilitas-fasilitas akan banyak ditingkatkan, karena kabarnya salah satu alasan pembangunan ini adalah untuk memebntuk laboratorium yang disediakan bagi teman2 yang penelitian. Kalau memang benar ini pasti akan sangat membantu. Meskipun tentu saja kita harus menunggu sampai gedunt jadi dan pengisian gedung yang tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Semoga saja kerelaan pohon trembesi di lahan parkir tidak sia-sia dan dapat tergantikan dengan gedung yang bermanfaat untuk banyak orang, terutama mahasiswa yang selalu butttuuuhhhh fasilitas laboratorium :-D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

Interaksi GXE (Genotipe x Lingkungan) sebagai konsep Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman