kisah jaman ingusan, harapan yang tersirat dan tersurat

Adikku yang baru 4,5 tahun saat ini sedang senang2nya sekolah di TK nol kecil.
Awalnya ketika masuk untuk pertama kali dia masih malu2 nggak punya teman, tapi lama2 temannya banyak juga ♡

Sekarang dia lagi asik2nya belajat huruf dan angka. Dulu dia paling senang nulis huruf o dan angka 1, tapi sekarang sudah harus menulis angka dan huruf yang lain, kalo tidak belajar menulis nanti dimarahi bu "guyu" katanya :-)

Sekarang dia sudah pinter bersenandung. Kalo pas lagi duduk atau main kadang nyanyi yang syairnya kadang gak jelas, tapi ibunya selalu membantu untuk melengkapi syair lagu seperti ini:

"Satu dua, tiga empat, lima enam, tujuh delapan. Siapa rajin kesekolah, cari ilmu sampai dapat. Sungguh senang, amat senang. Bangun pagi2, sungguh senang". Begitu kira2 lagunya.

Adikku cepat menjadi kesayangan gurunya, kata ibunya. Karena dia selalu memperhatikan apa yang dikatakan oleh bu guru dan juga cepat belajar. Meskipun demikian, kadang2 dia suka nangis kalo liat teman2nya main "tinju2an", haha padahal kalau di rumah sukanya main perang2 an sama aku.

Adikku selalu diantar dan ditunggu ibunya kalau sekolah. Kalo pas istirahat makan bekal yang dibawa dari rumah, kadang nasi kadang kue.

Kalau hari jumat pakai training atau seragam olah raga, biasa kan jumat sehat. Setelah olahraga, biasanya senam, dilanjutkan dengan makan bersama yang disiapkan dari sekolah. "Habis dong..." katanya pas aku tanya makannya habis atau tidak.
---------

Aku jadi ingat beberapa kejadian waktu TK dulu. Sepanjang aku bisa mengingat, ada beberapa kejadian yang membekas, serasa baru kemarin. Maklum lah ya, usia2 4-5 tahunan itu sudah berapa tahun yang lalu?

Aku ingat dulu sekolah di TK campurejo kota Kediri. Karena ikut mbah putri (mbah ti) maka jadilah yang selalu mengantar dan menemani ya mbah ti. Kalau berangkat pasti naik becaknya mbah Ri, langganan kami sekeluarga.

Setiap pagi mbah Ri selalu menjemput, pernah pagi itu beliau kesiangan mungkin karena ada perlu, karena gusar aku pakai lipstik nya mbah ti terus aku bilang gini, "ini bibir merah habis makan orang, biar mbah Ri takut ahahahha", tawaku dengan jahil. Pernah juga nyungsep dari becak gara-gara sampai di sekolah pas sudah masuk, yak kesiangan deh ya ahaha..untung nggak dimarahin sama bu guru.

Aku ingat mau nangis di TK gara2 waktu itu kegiatan tempel menempel dan lemku habis. Maunya sih laporan sm mbah ti kalo lem habis, biasa cucu manja. Ya tp sama bu guru ga boleh keluar kelas akhirnya dipinjami lem teman (alias minta lem teman).

Aku ingat pas hari jumat habis olahraga makan soto sama teman2. Waktu itu kami balapan siapa yang habis duluan. Hal ajaib terjadi, biasanya aku selalu sisa kalo makan tapi hari itu bisa tandas habis hehe.

Jajanan kesukaan waktu di TK itu es gabus. entah ya kenapa namanya es gabus, tapi pas dimakan emang dingin karena dibekukan pake es dan dia juga empuk kayak gabus, barangkali terbuat dari campuran jeli dan tepung kali ya terus dikasih gula, aku sudah lupa gimana rasanya.

Dulu kami pernah jalan2 ke pagora namanya. Semacam apa ya? Tempat bermain anak2 gitu lah. Aku waktu itu diantar bapak naik mobil, sm 2 temanku dan ibunya. Dulu temanku cowok semua, sahabat masa kecil yg satu rambutnya kriting yang satu lurus. Tapi aku lupa namanya ahahah. Ah apa kabar ya kalian?

Dulu aku suka sekali kalau pas pulang sekolah dijemput sama mbah kakung (mbah kung), terus sama-sama makan soto ayam di depan TK. Jaman itu sering banget makan soto soalnya mbah kung suka sekali makan soto ayam, kalau aku selalu cari sate telur puyuh. nyummy... :)


Aku pernah "cuti" sekolah TK hampir satu tuhan karena waktu itu mbah kung sakit, jadi mbah ti harus menunggui di rumah. dulu sih senang sekali kalau disuruh bolos, maklum lah ya anak kecil. Tapi pada akhirnya aku tetap dapat raport TK, dapat ijazah dan lulus di waktu yang tepat (2 tahun), haha terimakasih ya bu guru :) jasamu akan terus ku kenang ahaha.

Oya, sejak kapan ya TK itu sudah berubah fungsinya dari "Taman Kanak-kanak" menjadi "tempat les"? ah, aku dulu paling lambat dalam menguasai membaca dan menulis. aku ingat dulu pas teman-teman di dekte untuk menulis di buku, aku selalu kesulitan mengikuti akhirnya selalu nyontek teman sebangku hahaha... tapi ya, ku pikir namanya taman kanak-kanak itu ya bermain. Tapi pada perkembangannya taman kanak-kanak sudah berubah fungsi menjadi "SSD" alias "Sekolah sangat dasar" yang tingkatnya ada di bawah SD. Ya soalnya hari gini SD mana yang mau nerima murid yang gak bisa baca?


Akhirnya datang juga waktu perpisahan. Waktu itu aku kebagian menari pakai tongkat. Entah ya tarian apa waktu itu sudah lupa. Di panggung pertunjukan ada sarang laba-laba yang gedhe banget. Temanku yang menunjukkanku, ku kira yang dimaksud itu net volly, tapi ternyata ada sungguhan, jadi mulai itulah aku tidak suka dengan laba-laba.


Oh ya, pas foto buat ijazah kan disuruh "mingkem", ah padahal sudah loh, jadinya berhubung bete juga akhirnya aku fotonya jadi kaya gini deh ahahaha. tambah tembem aja nih ya. sudah gitu rambut pas jaman kecil sudah pendek keriting pula ahaha.. but kata orang-orang i'm really cute :p


Inti dari semua ini adalah, ketika kecil semua orang menggandeng tangan kita. mengarahkan kita ke sekolah. mengantar kita, menunggui kita sampai pulang. itu adalah bentuk dari kasih sayang dan kepedulian. Ada secarik harapan ketika mereka dengan ikhlas menemani kita dan mengantar kita ke sekolah ketika kita kecil, yaitu dengan harapan ketika sudah dewasa maka kita akan cinta dengan "sekolah" dan cinta dengan ilmu pengetahuan.

Setidaknya itu yang ku tangkap. itu tercermin dari pertanyaan setiap orang ketika anak TK baru pulang. "tadi di sekolah belajar apa? diajari apa sama bu guru?". Pertanyaan klise kan? tapi itu menunjukkan betapa besar kepedulian seseorang,terutama orang terdekat kita bahwa kita akan menjadi "sesuatu" ketika kita dewasa nanti.

sejujurnya, aku menulis ini karena aku melihat sendiri apa yang dialami oleh adikku yang masih kecil ini. ketika orang-orang di sekitarnya, ayah-ibu dan saudara yang lain menanyakan tentang apa yang sudah di dapat di sekolah, secara tidak langsung kami berharap bahwa kelak ia akan menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa dan keluarga ini.

Barangkali, disinilah letak ke-melow-annya. ketika seseorang yang baru "memulai langkah"nya mungkin akan terasa mudah. adikku contohnya, adalah gelas kristal kosong yang siap untuk diisi dengan gula-gula dan dihindarkan dari isi yang pahit dan tidak berguna. tapi aku? bagaimana dengan kita?


Ah, kadang kalau aku mengingat bagaimana dulu mbah kakung dan mbah putri selalu memanjakanku, selalu mengajariku dan mengantarkan aku ke sekolah. menanyaiku apa saja yang diajarkan di sekolah. kadang aku suka sedih sendiri. aku, barangkali belum bisa mewujudkan apa yang mereka inginkan. Barangkali dengan opa dan omaku, yang walau aku tidak mengenal mereka dengan benar, tapi hatiku adalah hati yang setengahnya terbuat dari kasih sayang mereka, dan aku tahu, mereka pun telah dalam doanya mendoakanku supaya aku menjadi orang yang berguna...


bagaimana ayah dan ibuku? ah, tentu. tentu mereka mengharapkan hal yang sama. bagaimana dengan saudara yang lain? ah sudah ku bilang kan? jangan di tanya! keberhasilan seorang anggota keluarga itu adalah sebuah jalan bagi saudara yang lain untuk bisa merasakan lega dan bahagia. Aku bukan ingin dipandang dengan tatapan "wah hebat!", aku hanya ingin membuat hidupku sejahtera dan hidup orang-orang yang ku kasihi juga sejahtera. Itu saja.

tapi aku sudah sedewasa ini. sudah bukan anak TK lagi. tapi kadang aku ingin sekali sekolah diantarkan dan ditunggui seperti ketika aku TK dulu. tapi diantar siapa? ditunggui siapa? kadang, aku selalu berharap bahwa waktuku bisa lebih banyak untuk bersama mereka yang selalu setia menungguiku belajar. Aku sudah bisa berjalan sendiri, tapi hatiku masih ingin dituntun.

Seperti ketika tragedi lem habis waktu TK. Seperti itulah, kadang ketika aku sedang dalam dilema besar, dalam ketakutanku menghadapi sesuatu, aku ingin keluar dari "kelas", dan menemui seseorang disana, aku ingin bercerita seperti bagaimana aku ingin mengadu kepada mbah putri kalau lemku habis. Tapi sekarang, aku harus bercerita pada siapa? Bukankah, orang dikatakan dewasa itu artinya ia harus bisa "mengatasi, mengendalikan, memelihara dan mengatur" dirinya sendiri? Karena itu, "kupenjarakan" keinginan ini.

Aku, mungkin dulu ketika kecil tidak suka belajar. aku mungkin sering ngambeg ketika disuruh belajar. bosan kan ya? tapi sekarang, aku sudah sadar. kalau aku tidak berusaha lebih keras, maka orang-orang yang sudah menyisihkan waktu yang berharga untuk "mengajariku" sesuatu dalam hidup ini akan menjadi sia-sia. Dan aku tidak ingin itu terjadi.

Tidak ada yang lebih aku sesali di dunia ini, kecuali waktu yang sudah ku lalui dengan sia-sia tanpa sesuatu hal yang positif dan produktif. Tapi aku sudah sampai di sini, gold period ku hampir habis. karena itu, mungkin aku akan berusaha lebih keras, supaya pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran orang-orang yang telah "membimbingku" selama ini tidak pernah sia-sia.

Dalam sebuah perjuangan, akan selalu ada orang-orang yang selalu ada dan mengada, dalam doa yang telah, sedang dan akan diucapkan dalam hati, dalam lirih atau dalam lantang. dan tidak akan sia-sia selama berusaha. aku tau itu. karena itu, untuk doa-doa itu, ku aminkan, semoga menjadi mudah.

sudah ah, jangan sedih ya. barangkali, bukan cuma aku yang pernah merasa seperti ini. barangkali banyak sekali yang lain. yang merasa "tidak memiliki hak" untuk mengecewakan pengabdian tulus dari seseorang yang dikasihinya.

semoga kita dimampukan oleh Yang Maha Kuasa, amin ^.^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

Interaksi GXE (Genotipe x Lingkungan) sebagai konsep Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman