KETIKA DI JALAN (*BACA: TANJAKAN)


Suatu malam aku tidak bisa tidur dan memikirkan tentang skripsi, penelitian, seminar dan ujian. Semuanya berkumpul jadi satu, seperti hantu yang bahkan muncul di siang bolong. Setelah memohon ketenangan hati padaNya, aku tertidur lelap sampai bermimpi segala. 

Dalam mimpi aku merasa sedang berada di tanjakan, tanjakan yang sama dengan yang kulalui setiap pagi aku berangkat ke kampus. Saat itu aku merasa sedang macet, persis seperti ketika jam berangkat kerja dan sekolah, macet! Mimpiku saat itu mengatakan bahwa aku berhenti tepat di tanjakan, jadi aku harus berhenti dan mengerem, berat sekali rasanya, bahkan dalam mimpi aku bisa merasakan bagaimana ban motorku bergesekan dengan aspal. Entah bagaimana, akhirnya aku bangun ketika subuh datang.

Paginya, di perjalanan menuju ke kampus, ku renungi sambil meng-gas motorku pelan-pelan, ku resapi apa maknanya. Mungkin memang bunga tidur, tapi aku merasa ada makna di balik itu semua. Meski sebagian besar orang akan mengatakan bahwa itu hanya pikiran yang terbawa sampai di mimpi, hanya karena aku terlalu memikirkannya sebelum tidur. Tapi sekali lagi tidak, setidaknya pasti ada hikmahnya. Entah ya? Antara percaya nggak percaya sama mimpi. Tapi bukankah Allah bisa memberikan petunjuk pada hambaNya melalui banyak sekali cara? 

Setelah di kampus aku bertemu banyak teman-teman seangkatan yang sekarang sudah menyelesaikan tugas belajarnya dan sebentar lagi akan atau pun sudah melepaskan statusnya sebagai mahasiswa menjadi alumni dan juga adik-adik yang sama sedang berjuang untuk memenuhi amanah orang tua untuk belajar dan berbakti. Aku masih merenungi mimpiku dan kemacetan yang ku alami di tanjakan Dinoyo kramik tadi waktu berangkat ke kampus. Alhasil aku menemukan kalimat ini: 

“Saat di tanjakan, yang kau butuhkan adalah gas dan rem. Gas ketika memungkinkanmu untuk terus berjalan dan rem ketika kamu memang terpaksa harus berhenti untuk sementara” 

Bukankah hidup ini adalah tanjakan? Hidup menurutku adalah tanjakan. Dan setiap tanjakan selalu berat untuk dilalui. Capek! Terkadang kita memang dihadapkan pada pilihan yang sulit. Antara berjuang dan berhenti. Maju dan mundur. Naik dan turun. Tapi untuk memilih jalan yang menanjak atau jalan yang datar itupun adalah pilihan. Jika kau memilih jalan yang datar, maka pilihlah, tapi jelas bukan kau yang akan sampai di puncak. Puncak hanya akan menjadi milik nama lain yang bukan namamu. Akan lain ceritanya jika kau memilih jalan menanjak.

Apa yang ada di puncak? Ibaratkan saja puncak gunung. Indah bukan pemandangan di atas sana? Ya. Tapi untuk itu kau harus berusaha dan berjuang keras. Jika kau sudah memilih, maka pantang untuk mundur! Seseorang pernah bilang padaku bahwa jika kau memilih untuk mundur maka mundurlah dan jangan pernah sesali, jika kau memilih maju maka majulah dan jangan pernah mengeluh! Tapi kita manusia dengan segala keterbatasan. 

Keterbatasan? Dari mana munculnya itu? Bisa saja dari luar diri kita atau dari dalam diri kita sendiri. Mungkin rasa malas, rasa lelah, pesimisme dan lainnya. Mungkin dari lingkungan yang membuatmu berfikir bahwa kamu pasti akan gagal, orang-orang yang menyakitimu dan membuatmu ingin berhenti saja. Tapi kita manusia dan manusia adalah sebaik-baiknya ciptaan Allah dengan akal dan rasa. Tidakkah di alam banyak tanda-tandaNya bahwa segala sesuatu yang berjuang akan sampai pada tujuannya? Bukankah Allah juga mencintai umatNya yang jika mengerjakan sesuatu itu sampai tuntas?

Seorang sahabat mengatakan ini, “Lihatlah rumput... kamu tau rumput itu terinjak-injak tapi dia tidak pernah menyerah untuk berusaha selalu hidup dan tumbuh”, ya. Selain itu, meski sudah dicabut-pun rumput akan terus berusaha untuk tumbuh lagi dan lagi. Bukankah itu juga salah satu dari ayatNya yang mengatakan bahwa manusia itu harus berusaha dan fokus pada tujuan yaitu untuk kebaikan menuju padaNya. Meski banyak sekali halangan yang harus dihadapi, tidak lantas menyerah pada keadaan. 

Sahabatku itu juga mengatakan ini padaku, “Tuhan sudah menuliskan takdirmu bahkan sebelum kamu lahir, sudah di gariskan kapan kamu akan lulus, kapan kamu akan dapat kerja dan seterusnya, yang perlu kita lakukan hanya berusaha yang terbaik!”, saat itu aku merasa tertampar. Seharian aku memikirkan kalimat itu dan aku menyadari bahwa Allah selalu sayang pada kita semua dan tidak ada satupun manusia yang luput dari perhatianNya. Aku malu sekali pada diriku sendiri, sebagai seseorang yang mengaku beriman, seharusnya aku selalu ingat bahwa pada setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap perjalanan yang sulit pasti Allah akan menyertai, mana mungkin Dia akan meninggalkan makhlukNya? 

Aku Cuma manusia biasa, terlalu biasa dengan mimpi yang sepertinya juga biasa saja yaitu untuk membuat orang-orangku bahagia, itu saja. Sesederhana itu. Aku juga Cuma manusia biasa yang sedang berusaha menjadi baik. Saat ini aku tidak tau apapun kecuali dua hal yang tiba-tiba saat muncul ketika aku menulis ini:

“Ikhtiar dan tawakal”. 

Pasang surut semangat itu pasti ada. Aku yakin Allah telah mengirimkan orang-orang yang selalu berusaha untuk memberikan semangat, dukungan dan doa. Tapi manusia adalah makhluk individu, Cuma kita sendiri yang bisa untuk menentukan pilihan apakah kita akan terbit atau tenggelam. Itu pilihan. Dan sekarang aku sudah memilih, yang aku butuhkan saat ini hanya istiqomah. Bagaimana dengan kamu?

Komentar

  1. hmm... mungkin saya bukan orang yg tepat untuk bilang ini, tapi kalah kata guru agama pas SD dulu, takdir itu ada banyak.
    memang sih, takdir sudah dituliskan sejak kita belum lahir, tapi versinya ada buwanyak, dan semuanya saling bercabang-cabang.
    setiap langkah yang kita ambil akan menentukan takdir mana yang akan terjadi.

    jadi, walaupun Allah yang menentukan takdir, tapi manusialah yang memilih :)

    at one point, we all have to choose to hold on or let go :)

    BalasHapus
  2. ada dua takdir yaitu takdir muallaq yang bisa berubah dan takdir mubram yang tidak dapat berubah...

    but still... its confusing

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

3D Home Design: Home Sweet Home