Wajahku apakah wajahku?


Beberapa waktu lalu mampir ke blog salah satu teman dan nemu satu artikel tentang menjadi diri sendiri, Tidak lama setelah itu nemu foto profil bbm teman yang lain tentang "topeng diri".

Kalau boleh dirangkum dari artikel itu, aku jadi berfikir bahwa di dunia ini nggak ada satupun orang yang menjadi dirinya sendiri, "kecuali orang setres!". tau kenapa?

Karena karakter manusia itu dibentuk oleh lingkungan tempat dia tinggal dan berhubungan dengan orang-orang. Sesuai dengan statusnya sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan komunitasnya, nggak ada satupun yang bisa menghindar dari lingkungan.

Dari foto profil bbm teman itu isinya adalah pernyataan bahwa di dunia ini manusia setidaknya memiliki 3 wajah. Wajah yang ditunjukkannya pada dunia, wajah yang ditunjukkannya pada keluarga dan sahabat (orang terdekat) dan wajah yang tidak dia tunjukkan pada siapapun (alias hanya dia dan Tuhan-lah yang tau).

Lalu kenapa sih manusia itu begitu ribetnya? Well, sebab mereka punya otak dan hati. Dua benda hidup itu saling bekerjasama untuk mempertahankan citra yang harus dibangun dalam diri seseorang. Ada ego yang harus dipertahankan, ada harga diri yang harus dibayar, ada nilai dan norma dalam masyarakat yang harus dipatuhi dll.

Terus kenapa hanya orang setres yang menjadi diri sendiri? Ya karena mereka nggak mempedulikan apa kata orang. Dia melakukan apa saja sesuka hatinya, meski itu buruk dan bertentangan dengan aturan yang terbentuk di masyarakat dan mereka tidak bisa disalahkan.

Tapi aku yakin semua yang membaca ini tentunya normal dan memiliki orak dan hati yang bekerja dengan baik dan mampu untuk berfikir tentang semua hal yang bersiat baik-buruk, benar-salah dan lain sebagainya.

Aku pernah menjadi sosok yang polos, percaya saja pada semua wajah manusia yang ku pikir sama. Tapi percayalah, itu tidak akan terjadi lagi, sebab aku sudah tau sekarang bahwa terkadang apa yang terlihat sama tidak selalu sama seperti apa yang kita indra melalui mata.

Pada dunia, manusia akan melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan dunia kepadanya. Masyarakat sosial yang baik dinilai dari bagaimana ia taat dan tunduk pada peraturan yang ada. Pada dunia pula manusia memberikan citra sesuai dengan apa yang dia inginkan. Bukankah mudah bagi wajah untuk berhias sehingga tampak lebih menawan? Bisa jadi karakter yang baik yang kita lihat di dunia tidak benar-benar seperti apa yang kita lihat. Aku merasa seperti sedang menonton film, mengagumi salah satu aktor di teve karena perannya yang baik hati di layar kaca, apa di dunia nyata ia juga begitu? Itu yang ku fikirkan tentang menilai seseorang di sekitarku. Bukan karena curiga, tapi waspada.

Pada keluarga dan sahabat umumnya manusia akan membagikan semua yang ada di dalam hatinya. Mereka cenderung menunjukkan karakter aslinya. Tapi keluarga dan sahabat pun adalah kelompok dari masyarakat yang hati dan perasaannya harus selalu dijaga. Aku yakin, tidak ada satupun dari pembaca yang baik hati akan tega menyakiti perasaan orang-orang yang mereka kasihi, karena itulah manusia terkadang juga harus menyembunyikan apa yang ada di hati dan pikirannya.

Percaya atau tidak, aku bahkan curiga bahwa setiap orang di dunia ini setidaknya memiliki satu saja rahasia yang menunjukkan karakter asli, perasaan murni yang ada pada dirinya dan hanya dia dan Tuhannya lah yang tau. Tapi, menurutku itupun adalah sesuatu yang baik. Terkadang ketika kita tidak bisa menjadi diri sendiri di hadapan manusia kita tetap bisa menjadi diri sendiri dihadapan Tuhan. Bahkan Dia selalu tau apa yang tampak nyata ataupun tersembunyi.

Apapun itu, aku ingin bisa memosisikan diri dari dia arah yang berbeda. Kalau aku menjadi "aku", tentu ada hal-hal yang tidak bisa ku tunjukkan pada dunia, barangkali hanya bisa ku tunjukkan pada orang-orang terdekatku, tapi yangterpenting dari itu semua "aku"tidak akan bisa menyembunyikan sesuatu dariNya, maka yang bisa "aku"lakukan adalah melakukan apa yang benar dan meninggalkan yang salah, selebihnya biar Dia yang mengaturnya.

Sementara dari sudut pandang "Kau", aku tau mungkin "kau" untuk beberapa saat akan mengalami perasaan "tidak dipercaya", tapi percayalah jika kau suatu saat berada dalam kondisi yang mengharuskanmu untuk bersembunyi dari dunia, maka "kau" akan melakukan hal yang sama. Tokoh "kau" mungkin akan galau untuk sementara waktu karena kecewaatas kebohongan tokoh "aku", tapi percayalah, terkadang butuh keberanian bagi tokoh "aku" untuk menunjukkan wajahnya pada "kau".

Itulah manusia. Mereka mungkin memiliki banyak wajah sebagai sarana untuk menjaga diri sendiri ataupun menjaga orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidak ada tokoh yang boleh disalahkan untuk ini. Yang harus dilakukan adalah saling memahami. Tidak mudah bagi tokoh "aku" untuk mengaku dan tidak mudah bagi tokoh "kau" untuk paham, tapi atas kerjasama yang baik maka sepertinya tidak perlu ada wajah yang harus disembunyikan bukan?

Komentar

  1. hihihi... ini mengingatkan jaman saya prajab, katanya wajah saya tidak mencerminkan orang suka main game XD
    jadi pas ada "game saling mengakui hobi", saya ngaku kalo suka main game dan semua yang denger harus tanya sekali dua kali lagi untuk konfirmasi bahwa kuping mereka baik-baik saja :)

    setuju, kalau di beberapa hal yang pernah kubaca, namanya 'Persona', dan setiap orang pasti memiliki wajah tertentu yang ditunjukkannya ke orang lain.
    yang membedakan adalah, kadang ada beberapa orang yang ndak bisa menyembunyikan dirinya sendiri, jadi apapun emosinya pasti kelihatan (biasanya ini golongan darah O dan B).
    sebagian lain bisa dengan baik menyembunyikan emosinya (biasanya ini golongan darah A atau terutama, AB).

    tapi, justru karena tidak saling mengetahui itulah, interaksi antar masyarakat jadi menyenangkan kan? :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

Interaksi GXE (Genotipe x Lingkungan) sebagai konsep Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman