RAPD (Rindu Aku Pada Dirimu)
RAPD...
Aku menatap singkatan ini di layarku,
memikirkan kira-kira kalimat apa yang harus ku tulis dari semua jurnal yang sudah ku baca. Berulang kali aku menata kalimatku, menimbang-nimbang bagaimana cara mengutarakan hasil analisisku pada kertas tak bernyawa yang ada di depanku.
Lama.
Tidak juga muncul inspirasi.
Belakangan aku menyadari, aku lupa. RAPD itu singkatan apa ya yang benar?
Ada versi 1 dan 2 yang bermain-main dalam pikiranku.
Versi 1: RAPD = Random Amplified Polymorphic DNA
atau
Versi 2: RAPD = Rindu Aku Pada Dirimu?
Mana yang benar?
Ini sebuah dilema besar. Sementara layar kosong tak bernyawa di depanku terus menodongku dengan tuts keyboardnya, memaksaku mengetikkan sesuatu padanya.
Jika aku menuruti versi 2 mungkin setan merah jambu akan bahagia sekali, karena virus merah jambunya sudah berhasil membunuh logikaku. Tapi jika ku turuti logika versi 1 ku, apa yang akan ku tulis? Mungkin harusnya ku turuti saja versi 2 untuk membunuh rindu setelah itu otakku pasti akan seperti di restart dan akan mudah memulai semuanya.
Tapi bukankah virus merah jambu menancapkan racunnya pada sebuah pertemuan, pada pandangan mata dan pada kalimat-kalimat yang terucap. Jadi mungkin IQ ku akan semakin turun jika kita bertemu.
Mungkin memang sebaiknya aku turuti logikaku. Versi 1 mungkin tidak menyenangkan, karena setiap aku bertemu dengan si versi 1 ini aku hanya akan disuguhi banyak huruf dan angka yang harus ku baca.
Tapi aku mungkin tidak akan bisa menyelesaikan versi 2 jika versi 1 saja tidak bisa ku selesaikan.
Jadi. Ya pasti jawaban yang benar itu adalah Random Amplified Polymorphic DNA, bukan Rindu Aku Pada Dirimu.
Sampai jumpa dulu ya. Aku sibuk. Kau tau? Jika kau rindu padaku, rindukanku dalam doamu. Supaya versi 1 ku cepat selesai.
Aku menatap singkatan ini di layarku,
memikirkan kira-kira kalimat apa yang harus ku tulis dari semua jurnal yang sudah ku baca. Berulang kali aku menata kalimatku, menimbang-nimbang bagaimana cara mengutarakan hasil analisisku pada kertas tak bernyawa yang ada di depanku.
Lama.
Tidak juga muncul inspirasi.
Belakangan aku menyadari, aku lupa. RAPD itu singkatan apa ya yang benar?
Ada versi 1 dan 2 yang bermain-main dalam pikiranku.
Versi 1: RAPD = Random Amplified Polymorphic DNA
atau
Versi 2: RAPD = Rindu Aku Pada Dirimu?
Mana yang benar?
Ini sebuah dilema besar. Sementara layar kosong tak bernyawa di depanku terus menodongku dengan tuts keyboardnya, memaksaku mengetikkan sesuatu padanya.
Jika aku menuruti versi 2 mungkin setan merah jambu akan bahagia sekali, karena virus merah jambunya sudah berhasil membunuh logikaku. Tapi jika ku turuti logika versi 1 ku, apa yang akan ku tulis? Mungkin harusnya ku turuti saja versi 2 untuk membunuh rindu setelah itu otakku pasti akan seperti di restart dan akan mudah memulai semuanya.
Tapi bukankah virus merah jambu menancapkan racunnya pada sebuah pertemuan, pada pandangan mata dan pada kalimat-kalimat yang terucap. Jadi mungkin IQ ku akan semakin turun jika kita bertemu.
Mungkin memang sebaiknya aku turuti logikaku. Versi 1 mungkin tidak menyenangkan, karena setiap aku bertemu dengan si versi 1 ini aku hanya akan disuguhi banyak huruf dan angka yang harus ku baca.
Tapi aku mungkin tidak akan bisa menyelesaikan versi 2 jika versi 1 saja tidak bisa ku selesaikan.
Jadi. Ya pasti jawaban yang benar itu adalah Random Amplified Polymorphic DNA, bukan Rindu Aku Pada Dirimu.
Sampai jumpa dulu ya. Aku sibuk. Kau tau? Jika kau rindu padaku, rindukanku dalam doamu. Supaya versi 1 ku cepat selesai.
wkwkw....lucu mbak...
BalasHapussetuju sekali sama ceritanya.....
Rindu Aku Pada Dirimu, mbak....:*
Oya mbak upik boleh minta alamat blognya?
BalasHapus