sebuah puisi untuk kakak


Pagi kala itu malu- malu hendak menawarkan cahya surya
Dari balik rimbun dedaunan ku intip kau dengn rona dalam hati
Kau tetap berdiri walau gelap masih menyergap dalam hening
Dalam barisan batalionku aku masih terdiam menunggu kisahku
Menerka – nerka apa yang akan terjadi dalam putaran klise hari ini
Dan kau masih berdiri dengan ketegaran penuh menghadapi kami
Terkadang suasana mendadak hening dalam imajinasiku
Dan hanya kudengar suaramu yang membuatku melayang – layang
Tawamu renyah menyeruak begitu saja dalam kegalauan diriku
Namun itu semua tak cukup untuk menghilangkan wibawamu
Dalam lambang kebesaran batalionku aku begitu ingin mengenalmu
Meski mungkin hanyalah misi yang tak mudah untuk kulakukan sendiri
Menatapmu dalam elok pendar matahari yang terbit pagi itu
Kutitipkan salam hangat untukmu kakak tersayang
Kusuratkan rasa simpati atasmu pada angin semilir yang bertiup
Sekilas kurasakan bening matamu menghujamku tajam dan tak berhenti
Seolah aku telah mempertaruhkan eksistensiku sebagai pengagum
Aku hanya tertunduk malu pada perbuatanku sendiri
Sementara kau masih tegar dalam pertahananmu
Bening matamu tak dapat kubaca apa makna yang tersirat
Tapi kemudian kulihat berkali – kali kau lakukan
Tatapan yang sama buat mereka saudari – saudariku
Ah… aku memang hanya seoran adik
Yang tengah mengagumi keberadaan sang kakak!
Malang, Ospek PK2 MABA FP 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

Interaksi GXE (Genotipe x Lingkungan) sebagai konsep Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman