Nggak ada alasan untuk gizi buruk
Ikan nila adalah ikan introduksi dari Afrika timur yang masuk ke Indonesia pada tahun 1969, saat ini banyak berkembang di masyarakat sebagai ikan peliharaan di air tawar. Meskipun demikian ikan nila masih kalah pamor jika dibandingkan dengan ikan mujair dan gurami yang memiliki harga jual yang lebih tinggi. Tapi menurut berbagai sumber ikan nila memiliki ketahanan yang baik terhadap berbagai kualitas air, mudah berkembang biak dan memiliki kandungan protein yang tinggi yang berasal dari konversi limbah organik yang ada di lingkungannya.
Ada sepetak tanah kosong di belakang rumah yang kemudian oleh ayah disulap menjadi kolam ikan (maunya bikin kolam renang, tapi gak jadi hehehe). Dari kecil aku sudah terbiasa bermain dengan ikan, biasanya ikan hias seperti ikan koi dan ikan unyu-unyu lainnya, tapi sering mati (selalu mati) karena ikannya aku pijitin (biar nggak capek, hehehe). Jadinya, biar bisa menghasilkan sesuatu yang bisa dikonsumsi paling tidak untuk kalangan sendiri jadinya kami memelihara ikan nila.
Jadi, sejak bertahun-tahun yang lalu, (sejak aku kecil, berarti ya kurang lebih 15 tahunan lah), kami sudah melakukan budidaya ikan nila, mulanya dari sepetak kolam kecil kemudian diperluas dan ditambah dengan membuat bak satu lagi yang lebih besar.
Standar kolam budidaya ikan nila berdasarkan literatur adalah bersuhu antara 15-37 C, oksigen terlarut 3PPM dan pH berkisar 7, kolam biasanya ukuran 50-100 meter persegi dengan kedalaman 30-50 cm dengan kerapatan populasi5-50 ekor/meter persegi untuk ikan ukuran 3-5cm (kusus ikan kecil, kalo besar beda lagi sepertinya), dan makanan harus dipertimbangkan antara kadar protein, lemak, karbohidrat dan serat (kayak manusia aja).
Tapi, karena ini beneran budidaya untuk kalangan sendiri jadi kami melakukannya dengan standar kami sendiri (standar yang mudah hehehe), jadi yang penting air kolam selalu dijaga bersih, kalau sudah terlalu kotor maka dikuras, kemudian induk dan anak dijadikan satu dalam satu kolam tanpa dipisahkan, dan makanannya biasanya diberikan konsentrat ikan (pur), makanan sisa dan dedaunan (pepaya dan singkong), dan Alhamdulillah ikannya tumbuh dan berkembang dengan baik (meskipun sepertinya belum optimum sih).
Kalau populasi sudah mulai rapat maka sebaiknya dipanen atau dijaring saja, penjaringan harus ikan yang sudah tua (sudah bereproduksi) sehingga ada generasi penerusnya, jadi yang masih kecil-kecil terus dipelihara sehingga dapat beregenerasi untuk selanjutnya. sebenarnya ukuran ikan nila bisa 500-600 gram/ekor, tetapi dengan pemberian konsentrat tertentu yang memacu pertumbuhan ikan sehingga lebih besar jika dibandingkan dengan tanpa pemberian konsentat (ini katanya petani ikan kenalan ayah), tapi ya sudah ndak papa begini saja hasilnya sudah banyak kok.
Jadi ceritanya, berhubung kemarin di kolam banyak ikan yang tewas, menurut perkiraan kami dia mungkin keracunan (maklum kolamnya sudah keruh) dan mungkin juga karena kerapatan ikan yang semakin bertambah jadi kadar oksigen terlarut menjadi sedikit (ikannya sesak nafas, kasian), jadi kami (ayah) memutuskan untuk menguras kolam dan menyembelih beberapa ikan untuk dibakar (asiiiikkkk). Bumbuin aja dengan garam dan kecap, yummy :D. Selanjutnya tusuk ikan dan bakar di atas arang yang menyala dengan panas yang merata, bolak palik bakaran biar nggak gosong hehehe
Beberapa saat kemudian jadilah ikan bakar yang wenag, heheheh, nggak bohong loh ini beneran enak, dan kandungan gizi di dalamnya juga tidak diragukan lagi. Protein ikan olah 35%, kadar lemah yang rendah, rendah kalori dan karbohidrat, tinggi kadar omega 6 dan kandungan gizi lainnya seperti pospor, vitamin b12, dll yang juga terkandung di dalamnya dapat menjadi supply bagi tubuh ini.
Sumber lain dari fatsecret didapatkan rincian sebagai berikut: 100 gram ikan nila mengandung energi 402 kj atau 96 kal,
lemak 1,7 gram, protein 20,08 gram, karbohidrat 0 gram, sodium 52 mg, dan
kalium 302 mg. Kandungan gizi dalam persen yaitu karbohidrat 0%, lemak 16% dan
protein 84%. Ikan nila mencukupi 50% dari Angka Kebutuhan Gizi (AKG) yang
dibutuhkan manusia yaitu 96 kal.
Jadi, maksud dari postingan ini adalah untuk menunjukkan bahwa kita tidak punya alasan untuk tidak tercukupi gizinya, karena apa? karena alam Indonesia ini keren sekali, anugerahNya yang tak ternilai, seperti lagu"kail dan jala cukup menghidupimu" atau "tongkat kayu dan batu jadi tanaman", jadi kalau ada petak kosong di belakang rumah yang 'nganggur' segera manfaatkan. Bikin kolam nggak usah gedhe-gedhe gitu aja pasti ikan yang kita sebar akan berkembang biak bahkan dengan makanan yang ala kadarnya (daun-daunan mau kok), pelihara ayam, bebek dll dan usahakan menanam macam-macam tanaman seperti bayam, kangkung darat, kemangi, cabai, dll, tanam juga pohon-pohonan mangga, pepaya dll, tanam TOGA (empon-empon) dijamin uang belanja akan terhemat :D
Sssstttttt.... jangan rame-rame, tau-tau ikan bakarnya amblas, dimakan kucing rambut hitam (tunjuk hidung, hahaha). Bahkan tulang belulang ikan yang menjadi limbah bisa menjadi bahan pakan untuk ikan itu sendiri dan ayam yang kita pelihara. Hebat kan?
Jadi, selama kita mau berusaha maka pasti akan bisa, seperti orang-orang jaman dulu (embah-embah) yang menanam macam-macam sayur dan buah dan juga TOGA di kebun (kebonan) dan memelihara macam-macam peliharaan sehingga jika sewaktu-waktu malas ke pasar hehehehe atau sedang krisis akibat harga bahan pangan naik maka bisa mengambil dari kebun sendiri.
Bukan ukuran tanah luas yang penting, yang penting adalah bagaimana kita mengatur tanah yang sempit di pekarangan rumah kita untuk bisa bermanfaat dan mencukupi kebutuhan keluarga kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar