Sejatinya...

Kali ini biarkan aku curiga pada sebuah kata sejati yang sama pernah kita ucapkan. Ini ironi, bahkan yang kita anggap sejati bisa saja pergi dan tak kembali. Aku curiga, jangan-jangan yang sejati yang kita katakan bukan yang sejatinya? Bukankah yang sejati hanya bisa dirasakan  bukan cuma dikatakan?

Ini ironi bukan? Ketika kita perlahan melupakan dan meninggalkan gaya hidup kita yang lama maka kita termasuk juga harus melupakan orang-orang di dalamnya. Mereka yang dulu kita anggap penting sekarang telah hilang kepentingannya dalam hidup kita. Apa kau yang sekarang menyangkal pernyataan ini akan mampu menjadikan setiap orang di masa lalumu akan selalu penting? Pikirkanlah lagi, sebab manusia memang begitu kan? Ia seperti angin yang pergi dari satu tempat ke tempat yang lainnya.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan sejati?


Contohnya adalah... Sahabat sejati dan cinta sejati. Bukankah mudah mengatakan kesejatian, tetapi sebuah implementasi tidak pernah menjadi mudah bagi seseorang yang lebih pandai mengutarakan kesejatiannya. Karena itulah, hati-hati dengan sebuah kata sejati. Jangan-jangan, itu hanyalah sebuah kesejatian yang tidak sebenarnya.

Aku adalah manusia yang diciptakan lengkap dengan hati dan perasaan. Aku adalah manusia yang menjunjung sebuah kesungguhan yang kemudian ku sebut dengan kesejatian. Aku, dalam imajinasiku memikirkan tentang bagaimana yang sejati itu kemudian akan menjadi sesuatu yang tak berakhir. Tetapi, seperti sebuah jalan harus selalu ada ujungnya, begitupun dengan sesuatu tadi yang disebut dengan "yang tak berakhir".

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Aku tau. Setiap manusia itu unik dengan keberadaannya masing-masing tergantung dengan bagaimana hati, pikiran dan lingkungan yang membentuk kepribadiannya. Tetapi, bisakah seseorang menjadi yang paling sejati dalam hidup kita?

Terkadang, seseorang sangat dekat dengan kita. Lantas kita berfikir bahwa ia adalah yang paling mengerti kita, yang mampu untuk membuat kita tertawa bahagia. Tapi beberapa saat kemudian sesuatu mungkin akan terjadi yang membuatmu akan berfikir ulang tentang kesejatian yang telah kau sematkan pada seseorang itu. Apakah kejahatan bagi kita untuk menginginkan jika seseorang itu akan memahami apa saja yang kita rasakan, kita inginkan? Barangkali kita harus tau, bahwa tidak ada seorangpun yang akan memiliki kesamaan dalam bentuk kesepahaman.

Seseorang selalu mengatakan ini padaku, bahwa kita harus selalu memahami satu sama lain, setidaknya ketika kita tidak setuju terhadap sesuatu maka kita harus menjadi maklum. Kenapa harus kita yang memampukan diri untuk memaklumi sesuatu? Kenapa bukan seseorang saja yang kita minta untuk memaklumi kita, bukankah itu yang dinamakan seseorang yang sejati bagi kita?

Katanya, kesejatian adalah mereka yang memberikan warna-warni dalam hidup kita. Warna-warni bahagia, barangkali juga semburat kelabu. Lantas, barangkali memang kita harus selalu memosisikan diri menjadi orang lain supaya kita memahami mengapa mereka melakukan sesuatu hal. Pada akhirnya, sebuah sejati itu hanyalah diri kita yang tau. Apakah kita bisa menjadikan seseorang menjadi yang sejati atau sebenarnya bagi kita? Karena, barangkali juga dari yang sejati itulah kita belajar bahwa dalam ketidak sejatian sebuah persahabatan atau cinta ada sebuah kesejatian bagi kita untuk memahami siapa diri kita sendiri harus menempatkan diri sebagai makhluk dari yang Sejati.

Ada lima dasar kebenaran yang mendasari bagaimana seseorang akan menjadikan dirinya mampu untuk memahami kesejatian. Pengetahuan yang membuat manusia akan mampu untuk memahami cara-cara bersikap kepada lawan mainnya. Cinta akan membuat manusia akan mampu untuk merasakan sebuah rasa yang membuatnya akan memahami bagaimana seseorang akan berbuat sesuatu yang tidak menyakiti perasaan seseirang. Keadilan diperlukan agar manusia menghilangkan sisi subjektif dalam dirinya, sehingga ia akan mampu untuk mengerti kesejatiannya. Pengabdian hanya akan dimiliki seseorang yang memiliki hati yang ikhlas, dan hanya seseorng yang memahami kesejatiannya yang akan dapat melakukannya. Kesabaran hanya dimiliki seseorang yang memiliki kemampuan untuk selalu menundukkan hatinya dalam ketundukkan yang sempurna kepada kebenaran terhadap sesuatu yang Maha Sejati.

Sekarang, jika sebuah kesejatian itu ternyata hanya kita yang bisa membuatnya. Lantas, mampukan kita untuk merelakan, walau kita ternyata harus bersifat lebih sabar terhadap segala sesuatunya, yang walau seseorang lakukan sebuah ketidakadilan yang mungkin menyakitimu?

Maka, memampukan diri adalah satu-satunya cara bagi kita untuk lebih memahami yang Sejati.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waiting for the next Kimi Ni Todoke's season

indonesian school uniform

3D Home Design: Home Sweet Home