Pemuliaan tanaman Jagung Kuning
Botani
Tanaman Jagung Kuning
Tanaman
jagung seperti tanaman pada umumnya yang terdiri atas dua stadia pertumbuhan
yaitu vegetatif dan generatif. Fase vegetatif tanaman meliputi masa
perkecambahan biji dan dilanjutkan dengan tahap diferensiasi bagian tanaman
lainnya seperti akar, batang, dan daun. Menurut Rukmana (1997), laju pertumbuhan
vegetatif mulanya sangat cepat, namun kemudian melambat seiring semakin tua
umut tanaman menuju fase generatif. Dalam fase generatif tanaman jagung
membentuk primordia dan menginisiasi terbentuknya bunga, diikuti dengan
penyerbukan, pembuahan dan pengisian biji.
a.
Akar
Seperti jenis
rumput-rumputan lainnya, tanaman jagung memiliki akar yang tumbuh dengan baik.
Akar yang pertama muncul disebut sebagai akar seminal yang pemanjangannya
diikuti oleh akar-akar samping. Akar seminal ini termasuk dalam akar sementara
yang tumbuh dari embrio, setelah akar utama yaitu akar adventif muncul yaitu
sekitar umur 6 hingga 10 hst maka selanjutnya yang berkembang adalah akar
adventif. Akar adventif ini tumbuh di pangkal ujung bawah batang.
Selain akar adventif,
tumbuh juga akar udara atau akar tunjang yang tumbuh di pangkal atas ruas
batang bagian bawah atau sekitar 2,5-3 cm dari permukaan tanah yang memanjang
hingga akhirnya menembus tanah, akar inilah yang membedakan jagung dari jenis
rumput yang lain. Akar tunjang ini dimanfaatkan tanaman jagung untuk
memperkokoh tegak tanaman dan memperluas wilayah serapan air dan mineral.
Akar tanaman jagung
akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan subur, sementara pada tanah
yang padat akan menyebabkan akar tanaman jagung tumbuh dalam jumlah lebih
sedikit. Selain itu, menurut Utomo dan Islami (1995) dalam Sembiring (2007),
secara umum akar tanaman berperan dalam menyokong tubuh tanaman, mengabsorbsi
air dan mineral tanah, melakukan metabolisme yang penting untuk tanaman dan
menyimpan cadangan makanan.
b.
Batang
Batang
tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan
terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain
itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang
terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm
tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100
cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman
jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm.
c.
Daun
Daun sangat penting
perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga
48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung
berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang
helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm
dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm.
Daun jagung tumbuh dari
ruas-ruas batang dan terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun,
dan helaian daun. Ligula adalah lidah daun yang letaknya diantara kelopak dan
helaian daun. Terkadang, kelopak daun juga membungkus batang sehingga seluruh
ruas tanaman tertutupi.
Tulang daun jagung
tersusun secara linier memanjang dengan satu ibu tulang daun yang diikuti
dengan anak tulang daun yang sejajar.
d.
Bunga
Jagung termasuk dalam
kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan betina dalam
satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam satu bunga yang
sama. Bunga jantan atau tassel atau staminate berada di bagian ujung tanaman sementara
bunga betina atau tongkol berada di ruas samping tanaman atau di ketiak daun.
Menurut Rubatzky dan
Yamaguchi (1998), bunga betina jagung memiliki pemanjangan kepala putik yang
disebut sebagai carpel. Dalam carpel terdapat sel telur atau ovary. Kepala
putik atau carpel ini akan muncul dan keluar dari klobot ketika jagung siap
untuk diserbuki. Setiap satu carvel mewakili satu bakal biji. Sementara itu,
pada bunga jantan terdapat poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah
terdiri atas empat pasang spiket atau lebih, dan untuk cabang lateral terdiri
atas dua baris spiket.
Penyerbukan dimulai
dengan jatuhnya polen pada carpel secara open pollinated. Setelah pembuahan
terjadi, biji akan terbentuk pada tongkol. Biji yang terbentuk terlindungi oleh
klobot jagung.
Teknik
Pemuliaan Tanaman Jagung
Secara umum, ada empat tahap dalam pembentukan galur unggul yaitu :
1. membentuk
galur murni yang stabil dan vigor
2. pengujian daya gabung dan pengujian
penampilan galur murni
3. penggunaan galur murni terseleksi
untuk membentuk hibrida produksitf
4. perbaikan daya hasil dan ketahanan
hama penyakit
Menurut Paliwal (2000),
plasma nutfah yang digunakan dalam pembentukan populasi dasar harus memiliki
sifat superior yang memiliki karakter agronomis yang baik dengan daya gabung khusus
dan umum yang tinggi, oleh karena itu plasma nutfah sangat penting dalam
kegiatan pemuliaan.
Dalam pembentukan suatu
hibrida, paling tidak dibutuhkan dua populasi dengan latar belakang keragaman
genetik luas, hasil persilangan menunjukkan heterosis tinggi dengan toleransi
yang tinggi terhadap cekaman silang dalam sehingga mampu menghasilkan inbrida
berdaya hasil tinggi. Keberadaan gen dalam frekuensi yang berbeda dari kedua
populasi inbrida menjadi bahan penting untuk membentuk populasi yang heterosis,
karena makin kontras sumber plasma nutfah yang digunakan maka semakin
heterosis.
Kemampuan populasi
untuk menghasilkan vigor tinggi sangat mempengaruhi efektifitas dalam pemilihan
populasi sumber genetik inbrida. Karakter yang diharapkan untuk muncul sebagai
karakter vigor adalah karakter ideotipe stabil, produktif, berpenampilan baik
dan berdaya gabung tinggi. Jadi, agar seleksi yang dilakukan efektif maka
karakter-karakter tersebut harus ada dalam populasi, jika gen-gen yang membawa
karakter tersebut tidak ada maka tidak ada jaminan kegiatan pemuliaan tanaman
akan berhasil.
Pembentukan
Galur Hibrida
Pembentukan hibrida
dapat dilakukan melalui silang ganda, silang tunggal, ataupun three way cross.
Pada dasarnya, hasil persilangan silang tunggal yang berasal dari dua populasi
galur murni superior yang tidak berhubungan satu dengan lainnya akan
menghasilkan hibrida yang vigor dan produktif dibandingkan dengan tetuanya.
Selain lebih vigor, hibrida silang tunggal juga lebih seragam dan mudan
dilakukan untuk proses produksi benih jika dibandingkan dengan silang tiga
galur dan dilang ganda.
Dalam pembentukan hibrida,
daya gabung galur murni sangat penting, daya gabung umum dan daya gabung khusus
diharapkan tinggi. Daya gabung umum menunjukkan rata-rata penampilan galur
murni dalam berbagai kombinasi persilangan membentuk hibrida, sementara daya
gabung khusus menunjukkan penampilan galur murni dalam kombinasi hibrida
tertentu terhadap kombinasi hibrida lainnya. Daya gabung khusus sangat
diperlukan dalam pembentukan hibrida yang diharapkan.
Tanaman yang membiak
melalui penyerbukan silang seperti jagung, efek heterosis sangat penting hingga
dijadikan dasar pembentukan hibrida. Heterosis adalah peningkatan ukuran atau
vigor suatu hibrida melebihi rerata kedua tetuanya.
Heterosis terbentuk
karena adanya gen-gen dominan yang memunculkan karakter baik. Asumsi yang
dimunculkan adalah bahwa gen baik dibawa oleh gen dominan sementara gen buruk
dibawa oleh gen resesif. Jika kedua tetua memiliki gen-gen dominan, maka hibridanya
akan memiliki gen-gen dominan dari masing-masing tetuanya, sehingga akan
menunjukkan kombinasi yang melebihi tetuanya.
Semisal
untuk membentuk hibrida, terbentuk galur inbrida H dan K. Galur H mengandung
genotip AAbbccDD (AD dominan) sementara galur K mengandung genotip aaBBCCdd (BC
dominan). Dari hasil persilangan tersebut akan didapatkan hibrida bergenotip AaBbCcDdEe
(ABCDE dominan). Nantinya, galur ini diharapkan akan memperlihatkan vigor yang
lebih baik dari kedua galur tetuanya.
Setelah dilakukan persilangan, maka verlu dilakukan perbaikan
populasi secara berleanjut baik dalam populasi maupun antar populasi. Perbaikan
dalam populasi dilakukan untukmemperbaiki populasi secara langsung, sementara perbaikan
antara populasi bertujuan untuk memperbaiki persilangan yang dilakukan antar populasi
yang digunakan untuk membentuk hibrida. Perbaikan populasi ini lebih ditujukan
untuk meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan dalam populasi.
Pembentukan
Galur Inbrida
Galur murni atau
inbrida dibentuk melalui penyerbukan sendiri sampai diperoleh tanaman yang
homozigot. Untuk mendapatkan hasil yang homozigot paling tidak membutuhkan
waktu lima generasi S5 hingga tujuh generasi S7 dalam penyerbukan sendiri yang
terkontrol.
Mulanya, kegiatan
pembentukan hibrida dimulai dengan mengumpulkan bahan pemuliaan yang
heterozigot yang kemudian dilakukan
penyerbukan sendiri sehingga menyebabkan penurunan vigor dan kemampuan
bereproduksi, hal ini terjadi karena terjadinya segregasi. Terjadinya penurunan
vigor ini sangat terlihat pada generasi pertama dan kemudian mengalami
penurunan menjadi setengahnya dalam setiap generasi selanjutnya, jadi penurunan
vigor dapat dilihat dari generasi ke generasi selanjutnya sampai didapatkan
galur homozigot.
Untuk tanaman seperti
jagung yang mengalami persilangan secara terbuka, jika dilakukan penyerbukan
sendiri akan menyebabkan depresi silang dalam yang selain menurunkan vigor
tanaman juga menyebabkan munculnya sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti
pendek, rebah, peka penyakit, dan lain sebagainya.
Dari sifat yang muncul
tersebut, diambil tanaman yang menunjukkan vigor paling baik dan selanjutnya
digunakan untuk penyerbukan sendiri pada senerasi selanjutnya. Galur-galur yang
terbentuk akan semakin tampak perbedaannya seiring dengan penyerbukan dari
generasi ke generasi sampai didapatkan galur yang seragam. Secara umum tujuan
pembentukan inbrida adalah untuk mengumpulkan karakter yang diinginkan dalam
bentuk homozigot
Ketika tanaman inbrida
dihasilkan maka sifat-sifat yang terbawa oleh gen resesif yang buruk akan
muncul, namun selanjutnya setelah dilakukan hibridisasi untuk membentuk hibrida
akan didapatkan hibrida yang memiliki sifat yang diinginkan yang berasal dari
genotip inbrida.
Untuk membentuk
inbrida, kemajuan seleksi dan pencapaian heterozigositas harus diperhatikan
untuk memaksimalkan efisiensi dalam seleksi. Dalam pembentukan inbrida yang
dilakukan melalui persilangan antar saudara cenderung lambat jika dibandingkan
dengan silang sendiri. Jika dilihat dari laju inbriding, persilangan sendiri
menunjukkan kemajuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan teknik inbreed
lainnya. Untuk pembentukan inbrida melalui persilangan saudara sekandung
(fullsib) memerlukan tiga generasi untuk mementuk inbrida yang setara dengan
satu kali silang dalam, dan memerlukan enam generasi untuk pembentukan inbrida
dari persilangan saudara tiri (halfsib).
Menurut Moentono (1988)
dalam Takdir dkk., seleksi dalam penyerbukan sendiri terbatas umumnya hanya sampai
generasi S0. Seleksi yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan galur-galur
yang memiliki karakter tidak diinginkan, termasuk biji yang sulit untuk
berkembang, hal ini pasti akan merugikan jika digunakan dalam produksi benih.
Efek
dari silang dalam (inbreeding) pada tanaman adalah: (1) Munculnya
fenotip yang tidak dikehendaki, seperti kerdil, klorosis, (2) Menimbulkan
beberapa galur berbeda namun antar tanaman dalam satu galur akan makin seragam, (3) Tanaman
kehilangan vigornya dan terjadi pengurangan hasil, (4) Ada perbaikan dalam populasi dan galur
sehingga sifat yang baik muncul kembali, hal ini disebut dengan recycle
breeding.
Komentar
Posting Komentar