Jika Aku, adalah Aku yang Lain


Ku cumburu.

Entah pada siapa ku cemburu.

Rasa yang kulibas dengan kasar ini tak pernah bisa mati, meski ku sudah berusaha sekuat hati. Justru ia semakin menghijau, semakin tumbuh dengan liarnya tanpa bisa ku pertahankan lagi.

Aku cemburu, entah dengan siapa. Mungkin dengan diriku sendiri.

Rasa cemburuku sudah beberapa kali membunuhku. Membuatku merasa hilang di dunia antah berantah, sementara tubuhku masih utuh, terdiam, tak beranjak karena takut, entah pula pada apa.

Aku cemburu, entah pada apa. Barangkali aku cemburu, pada harapan semua orang tentangku.

Sebab, aku merasa tak mampu, bagaimana jika aku tak mampu? Aku hanya aku, dengan aku di dalam diriku. Bagaimana, jika aku tak mampu mengendalikan aku yang lain dalam diriku? Bagaimana jika aku tak seperti aku yang kau harapkan?

Aku, kenapa harus aku? Kenapa harus padaku, kau gantungkan harapan mu? Apa kau tak takut terjatuh?

Aku, cemburu entah pada siapa.

Jauh dalam diriku, aku merasa tak pantas menerima apapun darimu, bahkan detail kecil yang kau curahkan untukku, sesekali membuatku ragu, barangkali aku takkan pernah bisa mengembalikan dengan sesuatu yang sama kepadamu.

Kau tau, bagaimana rasanya menjadi aku?

Rasanya, seperti...

Seperti membawa gelas kristal yang harus kujaga terus di tanganku agar ia tak retak. Sedang ku, ku bukan seseorang yang mungkin bisa menjaganya dengan baik.

Kadang aku bertanya-tanya. Siapa aku?

Aku bukan siapa-siapa. Kecuali segumpal daging yang diberikan nyawa di dalamnya.

Aku, sedikitpun tidak memiliki hak untuk berbuat apapun sesukaku. Bukan karena kau. Sebab kau bukan dinding untukku. Tapi karena ada kau, aku telah membuat dindingku sendiri, yang membatasiku dari sesuatu yang tidak perlu. Dan itu menyiksaku.

Kadang, aku bertanya.

Jika aku bukan aku, jika kau bukan kau. Apakah rasanya akan sama? Perasaan bahagia dalam hatiku ini, bagaimana bisa ku dapatkan? Bagaimana jika, ternyata aku bukan aku? Apakah aku, akan merasakan perasaan yang sedemikian rupa?

Aku cemburu, pada diriku sendiri. Bagian terdalamku yang sanggup membuatmu mencintaiku sepenuhnya. Aku kemudian, membunuh dengan kejam bagian lain di diriku, yang membuatku merasakan betapa aku tak sanggup menjawab cintamu yang telah begitu banyak membaur dalam setiap nafasku.

Aku, merasa tak punya hak untuk menyakitimu. Aku tak pernah memiliki hak untuk mengecewakanmu. Tapi suatu ketika aku merasa aku telah menyakitimu, aku telah mengecewakanmu. Itu adalah penderitaan terbesarku. Itu adalah bagaimana aku bisa sangat membenci aku yang ada dalam diriku. Aku yang lain.

Aku, seperti yang ku katakan padamu. Aku cemburu, pada entah siapa yang ada dalam diriku. Bagaimana aku akan menjawab semua yang telah kau berikan padaku?

Walau pada cermin aku tak ingin berbagi.

Aku, bahkan pada bayangku. Aku takut. Bagaimana jika ternyata, bayangku sendiri telah menjauh dariku karena ketidakberdayaanku mempertahankannya?

Kalau kau tau, kau adalah orang pertama yang sudah membuatku merasakan betapa sebuah cinta yang diberikan dengan tulus tidak akan pernah sanggup untuk ku bayarkan. Bertapa dungunya aku yang terlalu lambat untuk berfikir.


Jika ku adalah aku yang berbeda dari aku yang kau mau. Maafkan aku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Interaksi GXE (Genotipe x Lingkungan) sebagai konsep Stabilitas dalam Pemuliaan Tanaman

Dongkrak Rasa Nasionalisme!!!