Celotehan Pena Hati
Aku,
Biarkan ku mulai dengan satu kata, ‘aku’
Aku telah menulis banyak puisi cinta, yang ku
tulis dengan pena meski tanpa tinta. Kenapa tanpa tinta? Karena tintanya telah
lama habis karena terlalu banyak menulis, tanpa ada satupun yang diterima oleh pembaca
yang tepat.
Aku telah membuat nada-nada cinta, yang kumainkan
tanpa syair yang tepat. Sebab, aku telah kehabisan kata-kata puitisku untuk
menggambarkan hati yang sedang mencinta, sebab aku telah lama menghabiskan
banyak kata walau tanpa makna.
Aku telah melukiskan semua rona kasih sayang yang
bisa kulukis dengan tanganku, meski tanpa warna, pucat tanpa hasrat. Kenapa tak
berwarna? Sebab, aku telah menghabiskan semua kombinasi warna yang biasa
digunakan oleh pelukis di dunia.
Kau tau?
Aku juga sudah membacakan banyak sekali doa
permohonan supaya aku dipertemukan dengan seseorang, yang entah siapa dan
dimana. Saking seringnya, hingga hatiku sendiri tak pernah mantab pada satu
saja tujuanku.
Sebab, ketika ku berjalan lebih jauh lagi, maka
pasti disana Tuhan akan memunculkan banyak bayangan milik seseorang yang lain,
yang baru, yang berbeda. Sebab itulah, doaku memang telah dijawab, melalui
semua kemungkinan yang mungkin bisa diambil olehku.
Tapi, pernahkah kau tau?
Aku telah mengagumi seseorang. Orang itu. Ia
sepertinya lembut sekali hatinya, meski aku tak tau selembut apa, aku tak
pernah membuktikannya. Tapi bisa ku rasakan dari bagaimana ia, tak pernah
membiarkan orang lain merasakan ketidaknyamanannya.
Aku telah diam-diam mengagumi seseorang. Dia, sepertinya
penyabar sekali, aku tidak tau sesabar apa, tapi aku bisa merasakannya dari
tatapan mata yang selalu hangat dan tak pernah menjadi dingin selama aku
melihatnya, meski hanya sekejap.
Aku telah memendam kekagumanku pada seseorang.
Orang itu. Ia mungkin tidak sebaik seperti yang ku bayangkan, atau seperti yang
selama ini diam-diam kuharapkan dalam doaku. Tapi, aku bisa merasakan ia sedang
berusaha untuk menjadi seseorang yang baik.
Aku telah menyimpan sendiri rasa kagumku padanya.
Meski aku tak tau bagaimana ia di masa yang akan datang. Karena aku tau,
menggantungkan harapan pada manusia mungkin suatu ketika akan kecewa. Tapi aku,
masih terus berharap, semoga Tuhan memudahkan jalannya di masa depan.
Entah.
Ku rasa hanya kagum.
Meski, ketika jauh, ada rindu yang harus ku
tanggung. Meski, ketika dekat, ada detak jantung tak keruan yang harus ku
redam.
Meski, ketika dalam doaku, ia sering sekelebat masuk di dalamnya, walau
hanya satu bait saja doa
Ku rasa hanya kagum.
Aku hanya ingin mencintai. Nanti, ketika hatiku
sudah boleh untuk mencintai seseorang yang tepat. Aku hanya tak ingin,
menjadikan seseorang menjadi berhala kecil dalam hidupku. Aku hanya ingin
mencintai yang teramat pada yang Satu saja.
Ku rasa hanya kagum.
Meski, aku tak pernah tau apa orang itu, suatu
saat bisa menjadi seseorang yang memang akan ku cintai seumur hidupku dalam
keridhoanNya. Kau tau, orang itu, cukuplah seperti ini, tak perlu dunia sampai tau, sungguh pasti ku
akan malu. Pada dunia yang telah membesarkanku pun juga pada Rob-ku, sedang
cintaNya saja, belum tentu bisa kubalas dengan pengabdianku sebagai milikNya,
Karena itu, biarlah tulisan tanpa makna ini,
kukirim hanya untuk diri sendiri. Kubaca untuk menghibur diri. Karena mungkin
aku akan lebih baik menghilang dari dunia. Lebih baik, tak pernah ada yang tau,
sebab, ketika api sedikit saja disulut, maka ia akan menjadi besar dan
menyebar. Juga sebab, kalau kau membaca ini, mungkin kaupun akan tau. Orang
itu. Kamu.
Komentar
Posting Komentar